Desa Bogoran

BOGORAN, KAMPAK - Pada hari Sabtu (30/07) divisi berdesa melakukan survei UMKM dengan datang berkunjung ke rumah pelaku UMKM yang ada di rt 2 desa BogoranKecamatan Kampak. Kegiatan survei ini dilakukan untuk mendata dan mengetahui bagaimana proses UMKM berlangsung serta mencari tahu kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh para pelaku usaha di sana. Survei tersebut baru dilakukan setelah menggali informasi dari Pak kepala Dusun Krajan dan beberapa masayarakat sekitar. Kunjungan pertama dilakukan ke rumah bu Surati selaku produsen alen-alen yang bisa dikatakan adalah pengusaha lama yang sudah lumayan sukses. Tidak hanya alen-alen, beliau ternyata juga memproduksi jamu beras kencur. 

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di tempat buSurati, beliau hanya memasarkan produknya di satu tempat yaitu di pasar. Pemasaran produk tersebut mulai berlanjut dari mulut ke mulut hingga usaha beliau di datangi langsung oleh reseller dan hal ini berlanjut hingga sekarang. Katika ditanya apakah beliau ingin mencoba memasarkan produknya secara online, beliau mengatakan tidak tertarik dan terpikirkan untuk melakukan pemasaran online karena menurut beliau tanpa promosi online pun beliau sudah sering menerima pemesanan dari reseller lewat telpon. Selain itu bu Surati juga hanya memiliki Whatsapp sebagai aplikasi sosial untuk berkomunikasi dengan resellernya. 

Selama kunjungan ke rumah bu Surati, divisi berdesa tidak hanya melakukan wawancara saja namun juga turut melihat dan membantu proses pembuatan alen-alen. Proses pembuatan alen-alen milik bu Surati dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin untuk meningkatkan jumlah produksi juga mempersingkat waktu lalu untuk kamu kencur bu Surati menggunakan blender. Setelah kunjungan ke rumah bu Surati dilanjutkan ke rumah bu Panikem atau yang biasa dipanggil dengan bu Kotik. Berbeda dengan bu Surati yang sudah memanfaatkan mesin untuk mencetak alen-alen, bu Kotikmasih membuat alen-alen secara manual dengan menggunakan tangan. 

Sayangnya bu Kotik sudah tidak se-aktif dulu dalam memproduksi alen-alen. Hal ini karena usia beliau yang tidak lagi muda, lalu proses pembuatan yang masih manual cukup membuang banyak waktu sehingga produk yang dihasilkan juga tidak banyak. Selain itu anak-anak beliau tidak ada yang tertarik untuk melanjutkan usaha alen-alen tersebut. Kunjungan ke rumah beliau dilakukan cukup singkat mengingat masih ada rumah yang harus dikunjungi ditambah bu Kotik yang saat itu memang tengah sibuk. Kunjungan selanjutnya yaitu mampir ke rumah pak Bari. Tapi di tengah jalan ketika akan ke rumah pak Bari tim berdesa tidak sengaja menemukan rumah pengusaha UMKM lain yaitu bu Samini. 

Bu Samini mempersilakan kami masuk untuk melihat produk alen-alen beliau. Produk alen-alen milik bu Samini dibuat dengan cara yang sama seperti produk milik bu Surati yaitu sama-sama memanfaatkan mesin dalam proses pembuatannya. Sayangnya saat kami tiba alen-alen bu Samini sudah selesai digoreng sehingga kami, tim divisi berdesa tidak dapat melihat langsung bagaimana proses pembuatan alen-alentersebut. Cara pemasaran alen-alen bu Sumani kurang lebih sama seperti cara pemasaran bu Surati. Namun, berdasarkan pemaparan dari bu Samini saat ini keuntungan yang beliau dapat mulai berkurang. 

Menurut beliau hal ini terjadi karena beliau sempat berhenti memproduksi alen-alen ketika cucunya mengalami kecelakaan, yang mana saat itu sudah memasuki bulan Ramadhan dan hal tersebut membuat banyak reseller beliau yang memutuskan untuk mencari produsen alen-alen lain. Setelah banyak berbincang-bincang dengan para pelaku UMKM, beberapa dari mereka merasa tidak memerlukan promosi lebih lanjut secara online karena telah memiliki banyak reseller dan sebagian lainnya tetap mempertahankancara pemasaran dengan menitipkan produknya di pasar dengan alasan bahwa cara itu lebih mudah dilakukan.